Hipertensi

Dampak Hipertensi

Hipertensi memberikan dua dampak yaitu dampak fisik dan psikologis

  1. Dampak Fisik

    Jika tidak terkontrol, hipertensi dapat menyebabkan terjadinya komplikasi (Ardiansyah, 2012), seperti :

    1. Infark miokard
    2. Infark dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infrak.

    3. Stroke
    4. Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke disebut dengan CVA (cerebrovascular accident). Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan pecah. Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh darah pecah karena lonjakan tekanan darah. Pecahnya pembuluh darah di suatu tempat di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan nutrisi dan akhirnya mati serta dapat merusak sel-sel otak yang berada disekitarnya.

    5. Gagal Ginjal
    6. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal yaitu glomerolus. Rusaknya glomerulus menyebabkan darah mengalir ke unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia sehingga menyebabkan kematian. Rusaknya membran glomerulus menyebabkan protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering di jumpai pada hipertensi kronik.

    7. Gangguan pada jantung
    8. Hal ini merupakan adaptasi otot jantung terhadap peningkatan beban kerja jantung. Pada keadaan hipertensi yang terus-menerus tanpa terjadi penurunan, pekerjaan otot jantung dalam berkontraksi menjadi lebih berat. Hal ini menyebabkan terjadinya hipertrofi miokradium ventrikel kiri karena ventrikel kiri menyangga beban paling berat dalam kerjanya memompa darah keseluruh tubuh. Untuk mengatasi tahanan perifer yang meningkat, ventrikel kiri mengalami hipertrofi. Bertambahnya masaa otot jantung dengan pasokan oksigen yang tetap maka terjadilah keadaan iskhemik yang relatif pada otot jantung.

      Sebagai akibat dari keadaan ini daya kekuatan kontraksi otot jantung menjadi berkurang. Pada suatu saat akan terjadi dilatasi ventrikel kiri sebagai usaha dari jantung untuk berkompensasi terhadap keadaan tersebut. Sebagai akibat selanjutnya terjadilah keadaan yang disebut dekompensasi jantung kiri, dan bila hal ini berlanjut maka akan diikuti hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan yang akhirnya jantung kanan pun mengalami dekompensasi. Selain itu hipertensi merupakan faktor resiko primer untuk terjadinya penyakit jantung coroner.

    9. Ensefalopati (Kerusakan otak)
    10. Ensefalopati dapat terjadi, terutama pada hipertensi maglina (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorog cairan keruang interstisial diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.

  2. Dampak Psikologi
    1. Ansietas
    2. Ansietas merupakan kondisi psikologis seseorang yang penuh dengan rasa takut dan khawatir. Penderita hipertensi biasanya merasa cemas karena efek dari komplikasi hipertensi itu sendiri. Ada empat level tingkat kecemasan yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan kecemasan berat sekali atau panic.

      Kecemasan berat banyak ditemukan pada penelitian di RSU Anutapura sebanyak 68 orang dari 185 pasien dengan kecemasan berat yang berarti masih banyak penderita hipertensi lain mengalami kecemasan berat. Hal ini menyebabkan penderita hipertensi kurang fokus pada sumber kecemasan yang dirasakan. Penderita hipertensi belum menjalani pola hidup sehat dan belum mengetahui bagaimana cara untuk mengurangi kecemasannya.

    3. Stress
    4. Stress merupakan dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Stres memberikan dampak secara total pada individu seperti dampak fisik, sosial, intelektual, psikologis, dan spiritual.

      Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum (RSU) Anutapura palu menunjukkan bahwa dari 185 pasien terdapat 21 pasien mengalami stres berat. Efek dari stres berat bisa menyebabkan perilaku kita tidak efisien bahkan dalam kasus yang ekstrim stres bisa membebani dan mempengaruhi kepribadian. Oleh sebab itu, semakin lama stres yang dialami seseorang dan berkepanjangan maka akan menimbulkan tingkat stress yang berat pula dan mengancam nyawa.

    5. Depresi
    6. Depresi salah satu gangguan mood, dimana terjadi perubahan kondisi emosional, motivasi, fungsi, dan perilaku motorik, serta kognitif pada diri seseorang. Depresi akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas syaraf simpatik, serta tubuh akan bereaksi berupa meningkatkan ketegangan otot, meningkatkan denyut jantung, dan meningkatkannya tekanan darah.

      Hasil penelitian yang dilakukan di RSU Anutapura palu menunjukkan bahwa dari 185 pasien terdapat tingkat depresi masih dalam kategori tingkat depresi normal, gangguan emosional atau suasana hati yang buruk.