Hipertensi
Faktor Resiko Hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (P2PTM Kemenkes RI, 2018), yaitu :
- Hipertensi esensial
Hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya dengan jelas (90%). Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya usia dan jenis kelamin, stress psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, hereditas (keturunan).
- Hereditas (keturunan)
- Usia dan jenis kelamin
- Lingkungan (stress)
- Konsumsi makanan yang tidak sehat
- Obesitas (kegemukan)
Faktor keturunan memang memiliki peran yang sangat besar terhadap munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot (berasal dari satu sel telur) dibandigkan heterozigot (berasal dari sel telur yang berbeda). Riwayat keluarga yang menderita hipertensi jiuga memicu seseorang mengalami hipertensi (Triyanto, 2014).
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Laki-laki meningkat pada usia 45 tahun sedangkan wanita pada usia lebih dari 55 tahun beresiko tinggi mengalami penyakit hipertensi (Aulia R, 2018). Hipertensi dapat meningkat seiring dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi pembuluh darah (Triyanto, 2014).
Stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat meningkat. Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap (Triyanto, 2014).
Garam merupakan hal yang penting dalam mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah (Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D., Kiha, R.R. 2018). Alkohol dan kopi dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompa darah lebih kuat lagi agar darah sampai ke jaringan mencukupi, sedangkan kopi mengandung kafein yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kafein dapat memicu produksi hormone adrenalin yang dapat menyempitkan pembuluh darah dan membuat jantung bekerja lebih berat (Bistara D.N., & Kartini Y., 2018).
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah obesitas. Penderita obesitas dengan hipertensi memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi pembuluh darah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita yang memiliki berat badan normal (Triyanto, 2014).
- Hipertensi sekunder
- Coarctactionaorta
- Penyakit parenkim dan vascular ginjal
- Penggunaan kontrasepsi hormonal
Hipertensi sekunder sudah di ketahui penyebabnya, umumnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh beberapa penyakit (Ardiansyah M., 2012), yaitu :
Merupakan penyempitan pada aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyempitan pada aorta tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi
Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab hipertensi sekunder karena berhubungan dengan satu atau lebih arteri besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia pertumbuhan abnormal jaringan fibrous. Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal
Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan penghentian kontrasepsi oral.